INILAHCOM, Jakarta - Dari 18 cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Para Games 2018, Boccia masih asing didengar di Indonesia. Di event kali ini, Indonesia punya wakil di cabor tersebut meskipun dengan persiapan ala kadarnya.
Boccia pertama kali dimainkan di Italia pada tahun 1984. Olahraga ini masuk kedalam cabang olahraga Paralimpiade yang diatur oleh Federasi Olahraga Internasional Boccia (BISFed).
Boccia mulai masuk dan dikenal di Indonesia tahun 2016. Boccia merupakan permainan yang membutuhkan strategi dan akurasi. Olahraga ini diperuntukkan khusus untuk para atlet penyandang cerebral pasly (kelumpuhan otak besar). Olahraga ini mengandalkan ketangkasan dalam melemparkan bola dengan posisi duduk di kursi roda.
Di Asian Para Games 2018, untuk pertama kalinya Indonesia mengirimkan wakil di cabor. Sayangnya, keikutsertaan atlet Indonesia di cabor ini tidak disertai dengan persiapan matang.
Tim Manager Boccia Indonesia, Ferry Kustono, mengatakan persiapan tim Boccia Indonesia tak sampai setahun dengan sarana pendukung latihan seadanya.
Bahkan, Ferry sempat pesimis Indonesia bisa mengirimkan atlet-atletnya bertanding di cabor Boccia karena persiapan yang terkesan dipaksakan.
"Awalnya saya sempat pesimis saat diberitahu kami akan ikut serta di Asian Para Games 2018. Kami baru memilih atlet pada Desember 2017. Sedangkan pelatnas efektif dimulai pada Januari 2018. Saat itu, kami menjalankan sistem promosi dan degradasi kepada atlet," jelas Ferry.
"Bulan April kami melaksanakan seleksi fase kedua. Persiapan kami sangat pendek. Beberapa atlet hanya berlatih enam bulan, dan yang paling lama itu sembilan bulan," tandasnya.
Kemenangan Perdana di Asian Para Games 2018
Indonesia meraih kemenangan pertama di cabor Boccia Asian Para Games 2018 setelah Felix Ardi Yudha menaklukkan Irmuun Khurelbaatar asal Mongolia dengan skor 11-1 di Kategori BC2 Individual, Senin (8/10/2018) kemarin,
Sebelumnya, lima atlet Boccia Indonesia yang turun di tiga kategori berbeda gagal meraih kemenangan, Minggu (6/10/2018). Tegar Aprilian harus mengakui keunggulan Nuanchan Phonsila (Thailand) 2-9 dan Yuansen Zheng (China) 0-8 di kategori BC4 individual boccia.
Begitu pun Kurnia Pamungkas Fendi di kategori yang sama. Ia takluk dari Satya Janardhana (India) 3-5 dan Seongyuk Jang (Korea Selatan) 1-16.
Sementara di kategori BC 2 individual, Febriyanti Vani Rahmadhani kalah dari Mohammad Syafiq (Malaysia) 1-13. Setali tiga uang dengan Muhammad Bintang Sateia Herlangga. Ia menyerah dari Takayuki Hirose 0-6.
Satu atlet tim boccia Indonesia lain, Andi Rahmanto, yang turun di kategori BC1 individual di Asian Para Games 2018, juga harus mengakui keunggulan Takumi Nakamura 1-11.
Melihat hasil-hasil tersebut, Ferry tak kecewa. Ia memang tak menargetkan medali di cabor Boccia. Kesempatan ini dimanfaatkannya untuk menambah jam terbang para atlet.
"Kami hanya ingin melihat bagaimana perkembangan para atlet. Sejauh ini, kami tidak terlalu jauh tertinggal dari negara-negara yang sudah lebih dulu mengenal Boccia."
"Thailand masih nomor satu, Korea Selatan sudah memainkan Boccia selama bertahun-tahun seperti Jepang. Saya puas dengan performa atlet (Boccia) Indonesia," ia memungkasi.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Indonesia Hampir Absen di Cabor Boccia"
Posting Komentar