INILAHCOM, Kudus - Puncak perayaan HUT ke-50 PB Djarum digelar, Minggu (28/4) kemarin, di Kudus, Jawa Tengah. Sejumlah kegiatan digelar untuk memperingati usia emas klub yang didirikan pada 1969 ini.
Selain perayaan, di hari yang sama, Djarum Foundation menggelar peluncuran empat buah buku yang mendokumentasikan tentang berbagai cerita dan perjalanan prestasi atlet PB Djarum yang mewarnai dunia bulutangkis Indonesia. Kiprah PB Djarum senantiasa mengiringi berbagai fragmen yang diangkat dalam keempat buku tersebut.
Empat buku tersebut adalah "Butet Legenda Sejati" karya mantan Menteri Hukum dan HAM yang kini menjabat Dewan Penasehat PBSI Hamid Awaludin, "Kiprah Ahsan- Hendra" dan "Jejak Langkah Owi-Butet" karya jurnalis senior Daryadi, serta "Setengah Abad PB Djarum, Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia" karya tim penulis Historia.id. Dalam peluncuran ini juga digelar sesi bedah buku yang dipandu oleh pegiat literasi, Maman Suherman, yang akrab disapa Kang Maman.
"Peluncuran keempat buku ini tidak lain merupakan bagian dari upaya mendokumentasikan sejarah bulutangkis Indonesia. Di dalamnya ada berbagai catatan sejarah perjalanan dan kerja keras untuk mewujudkan prestasi bagi Indonesia melalui bulutangkis," ungkap Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation, Yoppy Rosimin.
"Kami berharap, dalam rangkaian HUT ke 50 PB Djarum, keempat buku ini bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi para atlet, pelatih, dan masyarakat," ia menambahkan.
Dalam buku berjudul "Setengah Abad PB Djarum Dari Kudus Menuju Prestasi Dunia", tim penulis Historia.id menelusuri dan mengurai cerita seputar awal terbentuknya PB Djarum. Kelahiran klub ini bermula dari brak (area kerja) Bitingan Lama di dalam gedung yang pada siang harinya merupakan pabrik karyawan pelinting rokok PT Djarum bekerja. Lahirnya PB Djarum tak lepas dari kegemaran Robert Budi Hartono bermain bulutangkis bersama para karyawannya.
"Mulanya karyawan Djarum main bulutangkis untuk kebugaran. Tidak ada pelatihan atau program khusus," kata Robert Rudy Hartono seperti yang ada di dalam buku.
Sedangkan buku Jejak Langkah Owi-Butet berisi cerita sukses pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir, mengharumkan nama Indonesia di pentas dunia. Dipasangkan sejak 2010 sebelum akhirya memutuskan untuk pisah pada 2018, keduanya pernah meraih trofi sejumlah kejuaraan bulutangkis dunia bergengsi antara lain All England 2012, 2013, dan 2014 serta Olimpiade Rio 2016.
"Saya sungguh menyukai pasangan ganda campuran senior Indonesia ini dalam berbagai hal: kerja kerasnya dalam meraih prestasi dan terutama karena keduanya menampilkan wajah sejati Indonesia di mata dunia. Tontowi Ahmad-Liliyana Natsir adalah padu-padan Indonesia dalam arti sebenar-benarnya," tulis Hamid.
Selain Owi-Butet, pasangan ganda putra Mohammad Ahsan/Hendra Setiawan juga mendapat kehormatan dikenang namanya dalam buku Kiprah Ahsan-Hendra yang ditulis oleh Daryadi, jurnalis senior yang juga Pemimpin Redaksi Majalah Bulutangkis.
"Keduanya adalah contoh sukses dari perjuangan keras atlet yang ingin mewujudkan impiannya menjadi pebulutangkis hebat yang menjadi kebanggaan tidak hanya untuk dirinya, keluarga dan Indonesia. Cucuran keringat dan tetesan air mata adalah saksi bisu yang mengiringi perjalanan Mohammad Ahsan dan Hendra Setiawan menjadi atlet bulutangkis yang sukses," tulis Daryadi.
Baca Kelanjutan Peluncuran Buku di HUT Emas PB PBSI : http://bit.ly/2UZ0OdMBagikan Berita Ini
0 Response to "Peluncuran Buku di HUT Emas PB PBSI"
Posting Komentar